Senin, 30 Mei 2016

ALIRAN-ALIRAN SENI RUPA PADA ABAD KE-20

1. Fauvisme
Fauvisme adalah aliran yang menghargai ekspresi dalam menangkap suasana yang hendak dilukis. Tidak seperti karya impresionisme, pelukis fauvis berpendapat bahwa harmoni warna yang tidak terpaut dengan kenyataan di alam justru akan lebih memperlihatkan hubungan pribadi seniman dengan alam tersebut. Mereka memberi warna semuanya terhadap benda-benda yang mereka temukan, bahkan jika dirasakan perlu, mereka memberikan garis-garis pinggir yang tegas pada bentuk yang mereka gambarkan.

Lukisan yann ditampilkan oleh para seniman fauvisme adalah keliaran-keliaran dalam warna, bentuk, serta goresan-goresan di atas kanvas. Para pelukis fauvisme tidak menampilkan esensi lukisan, mereka melukis karena mereka mencintai pekerjaan melukis. Tidak ada nilai kesungguhan hidup dalam karya-karya fauvisme, mereka hanya menampilkan pencarian atas kepuasan yang tidak kunjung berakhir.

Tema-tema lukisan yang diangkat oleh para fauvisme dapat berupa pemandangan alam, pantai/laut, alam benda, bunga-bunga, serta segala sesuatu yang mereka anggap dapat memuaskan batin mereka. Pelopor aliran fauvisme ini adalah Henri Matisse dan didukung oleh Kees van Dongen, Jan Sluyter, dan Leo Gestel.



Lukisan aliran fauvisme

2. Kubisme
Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari penyederhanaan bentuk-bentuk alam secara geometris (berkotak-kotak). Pada tahun 1909 berkembang aliran kubisme analistis yang mengembangkan konsep dimensi empat dalam seni lukis. Dan dimengerti sebagai konsep dimensi ruang dan waktu dalam lukisan.

Pada setiap sudut lukisan terlihat objek yang dipecah-pecah dengan posisi waktu yang berbeda. Sedangkan kubisme sintetis, pelukisnya disusun dengan bidang yang berlainan yang saling tumpang dan tembus.

Aliran ini yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Pengaruh pandangan ini akan menghasilkan bentuk-bentuk lain daripada yang terlihat. Bahkan pelukis Picasso memberikan penegasan yang lebih konkret dengan menampilkan bentuk-bentuk geometris, seperti kubus, tabung, limas, dan sejenisnya.

Paul Cezanne oleh para seniman kubisme dianggap sebagai pelukis yang membuka jalan aliran kubisme ini, walaupun sebenarnya dia bukan pelukis kubisme. Tokoh-tokoh pengembang aliran ini, antara lain George Braque dan Pablo Picasso, serta didukung oleh Jan Sluyter, Leo Gestel, dan Otto van Rees.

Lukisan karya Pablo Picasso



3. Futurisme
Manifesta futurista adalah suatu gerakan yang terlahir pada tahun 1909 yang menyatakan bahwa kehidupan haruslah diangkat setinggi-tingginya melalui kegiatan dan tenaga yang penuh. Bahkan peperangan dan revolusi dianggap sebagai salah satu cara untuk mengangkat derajat kehidupan manusia. Dalam hal ini, maka manusia harus bersikap sigap, gesit, dan berpandangan jauh ke depan.

Para seniman yang menangkap gerakan tersebut, kemudian mengimplementasikannya dalam bentuk lukisan yang penuh gerak dan dinamis. Gerak yang ditampilkan ini menggambarkan kecepatan. Misalnya, kuda yang sedang berlari bukannya berkaki empat, tetapi berkaki enam belas atau dua puluh. Oleh karena itu, lukisan-lukisan yang diangkat selalu bertema kegiatan pesta dansa, arak-arakan, kerusuhan, serta kesibukan-kesibukan lainnya yang penuh dengan gerak. Seniman futurisme dari Italia dipelopori oleh Carlo Carra dan Buido Saverini.


Lukisan karya Carlo Carra








4. Absolutisme
Gaya lukisan ini berusaha membuang sama sekali keterikatan terhadap bentuk-bentuk alamiah, sehingga lukisan harus secara murni sebagai kesatuan dari warna-warna, garis-garis, dan bidang-bidang. Bentuk alam sama sekali tidak ada. Aliran ini dipelopori oleh pelukis Rusia, Wassily Kadinsky, yang kemudian melahirkan aliran baru, yaitu esensialisme dan elementarisme.


Lukisan aliran absolutisme

5. Esensialisme
Menurut aliran ini, hal yang esensial dari keseimbangan kosmis adalah kesatuan yang kokoh yang menyebabkan segala sesuatu berada di tempatnya. Esensialisme menampilkan lukisan yang tegas dari bentuk-bentuk alamiah. Para pelukis esensialisme menampilkan warna, garis, dan bentuk geometris, seperti lingkaran, segi tiga, segi empat, dan sejenisnya.

Dalam aliran ini, bentuk-bentuk tiga dimensi dan perspektif dianggap tidak benar. Oleh karena itu, mereka menghasilkan gambar-gambar yang datar dan abstrak yang terdiri dari garis-garis tegak dan melintang. Aliran ini dipelopori oleh pelukis Belanda, Piet Mondriaan (1872-1945) dan van der Leek.


Lukisan karya Piet Mondrian

6. Elementarisme
Gerak dan kebebasan merupakan bagian dari lukisan elementarisme. Pada lukisan elementalisme, bidang-bidang diisi dengan garis-garis miring yang menampakkan gerak, mengesankan suatu kegiatan perjuangan. Elementalisme bertujuan memperkuat jiwa generasi mendatang dengan kegiatan. Tetapi, para ahli berpendapat bahwa lukisan elementarisme bukanlah lukisan futurisme, karena lukisan itu hanya merupakan lukisan garis-garis miring yang membagi-bagi bidang seperti petak-petak berwarna. Aliran ini dipelopori oleh pelukis Belanda, Theo Van Doesburg.


Lukisan aliran elementarisme

7. Ekspresionisme
Ekspresionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.

Seorang pelukis yang beraliran ekspresionisme adalah Vincent van Gogh (1853-1890). Lukisan-lukisannya penuh dengan ekspresi gejolak jiwa yang diakibatkan oleh penderitaan dan kegagalan dalam hidup. Salah satu lukisannya yang terkenal adalah Malam Penuh Bintang (1889), yang mengekspresikan gairah yang tinggi sekaligus perasaan kesepian. Vincent van Gogh dianggap sebagai pelopor aliran ekspresionisme yang kemudian dilanjutkan oleh Paul Cezanne. Pelukis aliran ekspresionisme lainnya, yaitu Emil Nolde, Karl Schmidt, Modesohn, Matthias Grunewald, dan El Greco.


Aliran ekspresionisme




8. Dadaisme
Dadaisme merupakan gerakan seni rupa modern yang memiliki kecenderungan menihilkan hukum-hukum keindahan yang ada. Ciri utama gaya ini adalah paduan dari berbagai karya lukisan, patung, atau barang tertentu dengan menambahkan unsur rupa yang tak lazim sebagai protes pada keadaan sekitarnya, seperti lukisan reproduksi, lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci tetapi diberi kumis, kemudian dipamerkan di suatu galeri. Pelopor aliran ini adalah Paul Klee dan Kurt Scwitters. Sedangkan, pelukis Pablo Picasso terkadang juga melukis dengan gaya seperti ini.



Lukisan aliran dadaisme

9. Surealisme
Aliran surealisme merupakan penggambaran dunia fantasi psikologis yang diekspresikan secara verbal, tertulis maupun visual. Bentuk-bentuk alam dideformasi, sehingga penuh fantasi dan di luar kewajaran.

Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya. Surealisme lahir pada tahun 1924 dan dipelopori oleh Salvador Dali. Selain Dali, terdapat pula tokoh terkenal lainnya, yaitu Marc Chagall.


Lukisan aliran surealisme

10. Neo realisme
Aliran neo realisme berusaha mencari kembali bentuk-bentuk alam yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan. Aliran ini kembali melukiskan keadaan nyata, bukan perasaan atas keadaan tersebut. Tema lukisan dan patung mengambil hal-hal yang biasa dalam kehidupan manusia sehari-hari. Semakin biasa hal-hal yang diangkat, maka semakin baik pula karya tersebut. Pelukis-pelukis neo realisme yang terkenal adalah Fernhout (1922), Schumancher (1894), Willink (1900), Pijke Kock (1910), Raoul Hynckes (1893), dan Dick Ket (1902).

11. Neo klasisme
Aliran neo klasisme berusaha mencari kemurnian bentuk dan keseimbangan bagi aliran-aliran yang baru timbul dan menjadi simpang siur. Hasil karya dari neo klasisme lebih abstrak daripada neo realisme. Aliran ini lebih melepaskan diri dari bentuk-bentuk nyata yang konkret. Pelukis Belanda yang terkenal dari aliran ini adalah Jacob Bendien.


Lukisan aliran neo klasisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar