1. Fauvisme
Fauvisme adalah aliran yang menghargai ekspresi dalam
menangkap suasana yang hendak dilukis. Tidak seperti karya impresionisme,
pelukis fauvis berpendapat bahwa harmoni warna yang tidak terpaut dengan
kenyataan di alam justru akan lebih memperlihatkan hubungan pribadi seniman
dengan alam tersebut. Mereka memberi warna semuanya terhadap benda-benda yang mereka
temukan, bahkan jika dirasakan perlu, mereka memberikan garis-garis pinggir
yang tegas pada bentuk yang mereka gambarkan.
Lukisan yann ditampilkan oleh para seniman fauvisme adalah
keliaran-keliaran dalam warna, bentuk, serta goresan-goresan di atas kanvas.
Para pelukis fauvisme tidak menampilkan esensi lukisan, mereka melukis karena
mereka mencintai pekerjaan melukis. Tidak ada nilai kesungguhan hidup dalam
karya-karya fauvisme, mereka hanya menampilkan pencarian atas kepuasan yang
tidak kunjung berakhir.
Tema-tema lukisan yang diangkat oleh para fauvisme dapat
berupa pemandangan alam, pantai/laut, alam benda, bunga-bunga, serta segala
sesuatu yang mereka anggap dapat memuaskan batin mereka. Pelopor aliran
fauvisme ini adalah Henri Matisse dan didukung oleh Kees van Dongen, Jan
Sluyter, dan Leo Gestel.
2. Kubisme
Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik
tolak dari penyederhanaan bentuk-bentuk alam secara geometris (berkotak-kotak).
Pada tahun 1909 berkembang aliran kubisme analistis yang mengembangkan konsep
dimensi empat dalam seni lukis. Dan dimengerti sebagai konsep dimensi ruang dan
waktu dalam lukisan.
Pada setiap sudut lukisan terlihat objek yang dipecah-pecah
dengan posisi waktu yang berbeda. Sedangkan kubisme sintetis, pelukisnya
disusun dengan bidang yang berlainan yang saling tumpang dan tembus.
Aliran ini yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap
objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu.
Pengaruh pandangan ini akan menghasilkan bentuk-bentuk lain daripada yang
terlihat. Bahkan pelukis Picasso memberikan penegasan yang lebih konkret dengan
menampilkan bentuk-bentuk geometris, seperti kubus, tabung, limas, dan
sejenisnya.
Paul Cezanne oleh para seniman kubisme dianggap sebagai
pelukis yang membuka jalan aliran kubisme ini, walaupun sebenarnya dia bukan
pelukis kubisme. Tokoh-tokoh pengembang aliran ini, antara lain George Braque
dan Pablo Picasso, serta didukung oleh Jan Sluyter, Leo Gestel, dan Otto van
Rees.
3. Futurisme
Manifesta futurista adalah suatu gerakan yang terlahir pada
tahun 1909 yang menyatakan bahwa kehidupan haruslah diangkat setinggi-tingginya
melalui kegiatan dan tenaga yang penuh. Bahkan peperangan dan revolusi dianggap
sebagai salah satu cara untuk mengangkat derajat kehidupan manusia. Dalam hal
ini, maka manusia harus bersikap sigap, gesit, dan berpandangan jauh ke depan.
Para seniman yang menangkap gerakan tersebut, kemudian
mengimplementasikannya dalam bentuk lukisan yang penuh gerak dan dinamis. Gerak
yang ditampilkan ini menggambarkan kecepatan. Misalnya, kuda yang sedang
berlari bukannya berkaki empat, tetapi berkaki enam belas atau dua puluh. Oleh
karena itu, lukisan-lukisan yang diangkat selalu bertema kegiatan pesta dansa,
arak-arakan, kerusuhan, serta kesibukan-kesibukan lainnya yang penuh dengan
gerak. Seniman futurisme dari Italia dipelopori oleh Carlo Carra dan Buido
Saverini.
4. Absolutisme
Gaya lukisan ini berusaha membuang sama sekali keterikatan
terhadap bentuk-bentuk alamiah, sehingga lukisan harus secara murni sebagai
kesatuan dari warna-warna, garis-garis, dan bidang-bidang. Bentuk alam sama
sekali tidak ada. Aliran ini dipelopori oleh pelukis Rusia, Wassily Kadinsky,
yang kemudian melahirkan aliran baru, yaitu esensialisme dan elementarisme.
5. Esensialisme
Menurut aliran ini, hal yang esensial dari keseimbangan
kosmis adalah kesatuan yang kokoh yang menyebabkan segala sesuatu berada di
tempatnya. Esensialisme menampilkan lukisan yang tegas dari bentuk-bentuk
alamiah. Para pelukis esensialisme menampilkan warna, garis, dan bentuk
geometris, seperti lingkaran, segi tiga, segi empat, dan sejenisnya.
Dalam aliran ini, bentuk-bentuk tiga dimensi dan perspektif
dianggap tidak benar. Oleh karena itu, mereka menghasilkan gambar-gambar yang
datar dan abstrak yang terdiri dari garis-garis tegak dan melintang. Aliran ini
dipelopori oleh pelukis Belanda, Piet Mondriaan (1872-1945) dan van der Leek.
6. Elementarisme
Gerak dan kebebasan merupakan bagian dari lukisan
elementarisme. Pada lukisan elementalisme, bidang-bidang diisi dengan
garis-garis miring yang menampakkan gerak, mengesankan suatu kegiatan
perjuangan. Elementalisme bertujuan memperkuat jiwa generasi mendatang dengan
kegiatan. Tetapi, para ahli berpendapat bahwa lukisan elementarisme bukanlah
lukisan futurisme, karena lukisan itu hanya merupakan lukisan garis-garis miring
yang membagi-bagi bidang seperti petak-petak berwarna. Aliran ini dipelopori
oleh pelukis Belanda, Theo Van Doesburg.
7. Ekspresionisme
Ekspresionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk
mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Istilah emosi ini biasanya
lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.
Seorang pelukis yang beraliran ekspresionisme adalah Vincent
van Gogh (1853-1890). Lukisan-lukisannya penuh dengan ekspresi gejolak jiwa
yang diakibatkan oleh penderitaan dan kegagalan dalam hidup. Salah satu
lukisannya yang terkenal adalah Malam Penuh Bintang (1889), yang
mengekspresikan gairah yang tinggi sekaligus perasaan kesepian. Vincent van
Gogh dianggap sebagai pelopor aliran ekspresionisme yang kemudian dilanjutkan
oleh Paul Cezanne. Pelukis aliran ekspresionisme lainnya, yaitu Emil Nolde,
Karl Schmidt, Modesohn, Matthias Grunewald, dan El Greco.
8. Dadaisme
Dadaisme merupakan gerakan seni rupa modern yang memiliki
kecenderungan menihilkan hukum-hukum keindahan yang ada. Ciri utama gaya ini
adalah paduan dari berbagai karya lukisan, patung, atau barang tertentu dengan
menambahkan unsur rupa yang tak lazim sebagai protes pada keadaan sekitarnya,
seperti lukisan reproduksi, lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci tetapi
diberi kumis, kemudian dipamerkan di suatu galeri. Pelopor aliran ini adalah
Paul Klee dan Kurt Scwitters. Sedangkan, pelukis Pablo Picasso terkadang juga
melukis dengan gaya seperti ini.
9. Surealisme
Aliran surealisme merupakan penggambaran dunia fantasi
psikologis yang diekspresikan secara verbal, tertulis maupun visual.
Bentuk-bentuk alam dideformasi, sehingga penuh fantasi dan di luar kewajaran.
Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk
yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk
secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk
menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti
bentuk aslinya. Surealisme lahir pada tahun 1924 dan dipelopori oleh Salvador
Dali. Selain Dali, terdapat pula tokoh terkenal lainnya, yaitu Marc Chagall.
10. Neo realisme
Aliran neo realisme berusaha mencari kembali bentuk-bentuk
alam yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan. Aliran ini kembali melukiskan
keadaan nyata, bukan perasaan atas keadaan tersebut. Tema lukisan dan patung
mengambil hal-hal yang biasa dalam kehidupan manusia sehari-hari. Semakin biasa
hal-hal yang diangkat, maka semakin baik pula karya tersebut. Pelukis-pelukis
neo realisme yang terkenal adalah Fernhout (1922), Schumancher (1894), Willink
(1900), Pijke Kock (1910), Raoul Hynckes (1893), dan Dick Ket (1902).
11. Neo klasisme
Aliran neo klasisme berusaha mencari kemurnian bentuk dan
keseimbangan bagi aliran-aliran yang baru timbul dan menjadi simpang siur.
Hasil karya dari neo klasisme lebih abstrak daripada neo realisme. Aliran ini
lebih melepaskan diri dari bentuk-bentuk nyata yang konkret. Pelukis Belanda
yang terkenal dari aliran ini adalah Jacob Bendien.
Lukisan aliran neo klasisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar